LINTAS7.NET, PONOROGO- Seorang balita di Kabupaten Ponorogo terlahir tak sempurna. Balita berusia tiga bulan itu tidak memiliki tempurung kepala. Bahkan, terdapat benjolan di bagian atas kepala. Ketiadaan biaya membuat bayi malang ini tak mendapat pengobatan memadahi.
Bayi tanpa tempurung kepala ini bernama Tiara Maleeha Robbani. Bayi perempuan ini tinggal di rumah sederhana di Dukuh Tunggur, Desa Karangan, Kecamatan Badegan, Ponorogo.
Tiap harinya, Tiara diasuh oleh sang nenek. Ini karena ayahnya Heri Siswono merantau di Surabaya. Kemudian Ibunya Maya Mujayani juga harus bekerja seiring penghasilan suami sebagai tukang bakso tak seberapa.
“Nenek yang merawatnya. Biasanya kalau nangis digendong beralaskan bantal itu terus diberikan susu formula,” kata Maya.
Maya mengatakan putrinya sempat mendapat perawatan medis di RSUD dr. Harjono selama beberapa pekan. Namun, karena keterbatasan biaya, keluarga memilih membawa sang bayi pulang ke rumah dalam kondisi sakit.
“Di rumah sakit selama 22 hari terus kita bawa pulang karena tak punya biaya pengobatan,” terangnya.
Kelahiran tak normal Tiara sejatinya sudah diketahui orang tuanya sejak masih dalam kandungan. Saat kandungan berusia 7 bulan, Maya dianjurkan operasi karena bayi yang dikandungannya kondisinya tidak memiliki tempurung kepala. Namun sang ibu memilih menuntaskan kandungan hingga sembilan bulan hingga akhirnya persalinanbsecara caesar.
“Saya tidak mau menunggu 9 bulan baru saya mau, kan pikirnya bisa normal terus di bidan nggak buka-buka jalannya terus ke RSUD jadinya operasi. Kata dokter cuman di kepala sama sumbing itu sama tidak punya batok kepala, cuman itu nggak ada kata lain selain itu,” tegasnya.
Pihak desa yang datang pun tidak bisa berbuat banyak selain berharap kepada dinas terkait untuk mau turun tangan dan melihat kondisi Tiara.
“Itu nanti kita koordinasi dengan dinas kesehatan, kita harus melangkah seperti apa dan nanti resiko seperti apa nanti kita koordinasi dengan Dinas Kesehatan, karena ini sangat memprihatinkan mas kita sangat terenyuh sekali,” ujar Pujianto, Kades Karangan pada Selasa (27/12) lalu.
Kini keluarga hanya bisa pasrah dan berharap adanya sedikit perhatian dari donatur maupun pemerintah. sebab mereka sudah tidak memiliki biaya untuk operasi sang anak.
Bahkan sudah lebih dari dua bulan sang balita tidak dibawa ke rumah sakit untuk sekedar mengecek kondisi kesehatan. Terlebih selama ini mereka masih belum pernah merasakan bantuan dari pemerintah. (Ct/Red).