MADIUN -Membicarakan Harry Tjahjono di dunia seni dan budaya memang tidak ada habisnya. Mulai dari karyanya yang legendaris yakni penulis skenario Si Doel Anak Sekolahan hingga 102 episode, Pencipta Theme Song Keluarga Cemara, sebagai Creative Directore di Pipa Production Jakarta, hingga memimpin media serius hingga hiburan selama 35 tahun.
Meski usia tak lagi muda, namun semangat bekerjanya sungguh luar biasa. Pun sejak 2007 tahun ia giat dalam gerakan budaya anti korupsi. Bersama tokoh dan seniman daerah, antara lain almost Sys NS, Arswendo, Butet K, Roy Marten, Herutomo, ia mendirikan Jaringan Pekerja Nusantara membentuk gerakan perlawanan kepada korupsi dengan membangun monumen gembok kejujuran yang berlokasi di lapangan Gulun, Kota Madiun dan di Mejayan, Kabupaten Madiun. Gerakan melawan korupsi ini menasional dan mendapat dukungan Ketua KPK di Jakarta. ” Upaya ini agar Madiun tidak lagi dijarah korupsi,” kata Harry Tjahjono saat menghadiri Festival Dahar Tumpeng di Caruban, Kabupaten Madiun. (9/2/2019).
Kunjungannya ke tempat kelahirannya kali ini bukan tanpa alasan. Ia juga sedang menggiatkan “Gerakan Rukun Agawe Madiun”.
Menurut pria kelahiran Madiun 5 Februari 1954 ini, kerukunan sosial saat ini terancam bahaya oleh hoaks, ujaran kebencian, polarisasi politik yang saat ini makin keras. Kata dia, langkah untuk mengawali pada ini pihaknya akan menerbitkan Maklumat Mojopitu yang berisi buah pikiran budayawan, seniman dan akademisi, di antaranya Slamet Rahardjo, Roy Martin, Aswendo, Mas Soegeng, Jenderal TNI (Purn) DR.Moeldoko dan Prof. Ahmad Erani Yustika Ph.D. “Awal bulan Maret nanti Mas Slamet Rahardjo akan jadi pembicara kunci sarasehan Rukun Agawe Madiun,” ungkapnya.
Dengan jiwa kerja keras yang telah tertanam sejak dini, Harry rela melakukan blusukan sendiri bersama adik dan kakaknya untuk mewujudkan Maklumat Mojopitu. “Saya tidak pernah merasa tua dan percaya pada ide-ide dan gagasan anak muda,” tegas bapak tiga anak dan kakek enam cucu. (*)