NGAWI – Dinilai tidak netral, kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Ngawi didemo ratusan pendukung dari salah satu pasangan calon presiden (capres) peserta Pilpres 2019, Jum’at (22/3/2019).
Dalam orasinya para pendemo menuding penyelenggara pemilu setempat tidak obyektif melakukan perannya menggelar Pilpres maupun Pileg yang seharusnya berjalan transparan dan demokratis. Terlebih, ada beberapa warga pendukung paslon ditolak hak pilihnya oleh anggota TPS 05 didasari tidak membawa identitas.
Kejadian itu menyulut aksi anarkis yang ditengarai dilakukan oleh salah satu pendukung capres. Terbukti, saat rekapitulasi suara di KPU Kabupaten Ngawi langsung didemo ratusan massa. Kontan saja aksi yang tidak bertanggung jawab ini mencoreng jalannya pemungutan suara yang sudah dilakukan.
Ratusan massa yang sudah terbakar emosi semakin bertindak beringas dengan merusak beberapa fasilitas KPU. Sedangkan yang diluar gedung membakar ban bekas.
Ratusan petugas dari Polres Ngawi yang sebelumnya melakukan pengamanan dibuat kerepotan. Aksi saling pukul ditambah lemparan benda keras tidak terhindarkan. Karena situasi makin kacau, Polres Ngawi langsung menerjunkan pasukan anti huru-hara dan satu unit kendaraan Water Cannon.
Dalam waktu singkat, polisi beberapa kali semprotkan water cannon. Dalam waktu bersamaan ratusan massa langsung bercerai-berai lari tunggang-langgang. Akan tetapi provokator aksi berhasil diamankan petugas.
Peristiwa diatas tidak lebih bagian dari simulasi atau gladi lapang yang dilakukan jajaran Polres Ngawi dalam rangka pengamanan menjelang Pemilu 2019 di Alun-Alun Merdeka Kabupaten Ngawi.
Kapolres Ngawi AKBP MB. Pranatal Hutajulu usai mengikuti simulasi menegaskan, semua peristiwa yang sudah dilakukan tersebut satu bentuk simulasi.
“Tadi bentuk pengamanan dan pencegahan terhadap jalanya Pemilu 2019 mendatang yang kita simulasikan apabila terjadi ekskalasi panas di lapangan. Pada pemilu nanti kita menerjunkan 600 personel ditambah dari TNI dan petugas lainnya,” pungkas AKBP MB. Pranatal Hutajulu. (eni/ant)