Menu

Mode Gelap
Kemenag Kota Madiun Disorot LSM Garis PAKEM Mandiri Terkait TPG Non PNS Tahun 2018 dan Dugaan Pungli Musrenbang, Lima Sektor Jadi Prioritas RKPD Kabupaten Madiun 2024 Teken Finacial Close Proyek KPBU APJ, Bupati Madiun Ingin Kebijakan Bermanfaat Untuk Masyarakat  Mobil Masuk Jurang, Sopir dan Mantan Kades Dadapan Tewas Pertimbangan Masa Depan, Kasus Pencurian Karburator di Mapolres Madiun Sepakat Selesai dengan Diversi 

Daerah · 21 Nov 2022 18:47 WIB ·

Manfaatkan Bumbu Dapur dan Dedaunan, Siswa SMP Ini Ciptakan Batik Ecoprint


 Manfaatkan Bumbu Dapur dan Dedaunan, Siswa SMP Ini Ciptakan Batik Ecoprint Perbesar

LINTAS7.NET, PONOROGO- Memanfaatkan dedaunan dan tumbuhan disekitar sekolah dan lingkungan rumah, siswa SMP Negeri 1 Badegan, Ponorogo berhasil membuat kain batik ecoprint berbahan baku benda yang ramah lingkungan dan murah. Meski terlihat sepele namun kain batik buatan siswa ini memiliki nilai jual tinggi.

Berbeda dengan batik canting dan batik cap, batik ecoprin berbahan dasar barang yang mudah terurai dan ramah lingkungan. Yakni dedaunan di sekitar rumah dan sekolah, serta berbagai bumbu dapur. Mulai dari kunyit, secang, tenggeran tinggi hingga akar pohon jolawe yang digunakan untuk pewarna kain.

Tak hanya bahan dasar pewarnaan yang berbeda, proses pembuatan kain batik ecoprint pun juga berbeda. Hanya saja tetap dibutukan kesabaran dan ketelitia. Mula-mula kain direndam dalam cairan khusus yang menghilangkan pigmen kain. Selanjutnya kain ditaruh diatas plastik yang sudah dibersihkan lebih dulu. Setelah itu kain diberi dedaunan yang memiliki serat serta bunga yang memiliki warna mencolok sebagai pemanis motif dan warna.

Setelah motif dirasa cukup, baru sejumlah bumbu mulai secang, kunyit, tenggeran dan jolawe dihaluskan dan di mix untuk memberikan warna kain. Proses penaburan menggunakan saringan agar warna terlihat halus dan bisa menyatu dengan kain.

Baru tahap terakhir, kain digulung sampai kecil dan direbus selama kurang lebih dua jam kemudian dikeringkan.

“Tidak semua daun bisa digunakan, yang selain daun jati daun pepaya dan daun mente dan daun lain yang memiliki geta. Untuk waktunya sekitar dua jam itu sudah selesai semua,” kata Avra Kalila Maharani, siswa pembuat batik eco.

Produksi batik ecoprint ini sebagai media pembelajaran dan pelestarian budaya leluhur yang sudah diakui UNESCO. Selain itu, kegiatan seperti ini menjadi modal kemandirian siswa yang bisa dijadikan bisnis ketika di rumah.

“Kita pakai alat dedaunan ini sebahai motif untuk kain ecoprint ini karena ramah lingkungan, tidak mencemari termasuk pewarnanya tidak memakai pewarna alami, dari kunir, secangdan sebagainya itu juga ramah lingkungan, tidak mencemari lingkungan jika kita membuang limbahnya di sembarang tempat. Insya Allah itu akan bermanfaat juga sebagai zat zat yang masih bisa diserap dan dimanfaatkan tumbuhan disekitar,” tegas Pdasetyo Suko Widodo, Kepala SMPN 1 Badegan.

Meski berbahan baku sederhana dan dari lingkungan sekitar. Namun kain batik ecoprint karya siswa ini memiliki nilai jual tinggi. Yakni antara 400 hingga 750 ribu rupiah, tergantung kain dan tingkat kesulitan dalam membuat batik yang diklaim ekslusif ini.

 

Artikel ini telah dibaca 68 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Bupati dan Gubernur Groundbreaking Pembangunan Monumen Reog Peradaban

13 Maret 2023 - 14:38 WIB

Bupati Sugiri dan Khofifah Panen Jagung Reog 234 di Babadan

6 Maret 2023 - 20:49 WIB

Bupati Sugiri Bangga Lahir Ribuan Hafis di Ponorogo

3 Maret 2023 - 22:13 WIB

Indrata Nur Bayuaji: Anies-AHY Pasangan Ideal

2 Maret 2023 - 17:48 WIB

Polisi Bantu Pengosongan Rumah Terdampak Tanah Gerak

2 Maret 2023 - 10:14 WIB

Kabupaten Pacitan Raih Piala Adipura ke-15

1 Maret 2023 - 21:22 WIB

Trending di Daerah