LINTAS7.NET, PONOROGO- Memanfaatkan dedaunan dan tumbuhan disekitar sekolah dan lingkungan rumah, siswa SMP Negeri 1 Badegan, Ponorogo berhasil membuat kain batik ecoprint berbahan baku benda yang ramah lingkungan dan murah. Meski terlihat sepele namun kain batik buatan siswa ini memiliki nilai jual tinggi.
Berbeda dengan batik canting dan batik cap, batik ecoprin berbahan dasar barang yang mudah terurai dan ramah lingkungan. Yakni dedaunan di sekitar rumah dan sekolah, serta berbagai bumbu dapur. Mulai dari kunyit, secang, tenggeran tinggi hingga akar pohon jolawe yang digunakan untuk pewarna kain.
Tak hanya bahan dasar pewarnaan yang berbeda, proses pembuatan kain batik ecoprint pun juga berbeda. Hanya saja tetap dibutukan kesabaran dan ketelitia. Mula-mula kain direndam dalam cairan khusus yang menghilangkan pigmen kain. Selanjutnya kain ditaruh diatas plastik yang sudah dibersihkan lebih dulu. Setelah itu kain diberi dedaunan yang memiliki serat serta bunga yang memiliki warna mencolok sebagai pemanis motif dan warna.
Setelah motif dirasa cukup, baru sejumlah bumbu mulai secang, kunyit, tenggeran dan jolawe dihaluskan dan di mix untuk memberikan warna kain. Proses penaburan menggunakan saringan agar warna terlihat halus dan bisa menyatu dengan kain.
Baru tahap terakhir, kain digulung sampai kecil dan direbus selama kurang lebih dua jam kemudian dikeringkan.
“Tidak semua daun bisa digunakan, yang selain daun jati daun pepaya dan daun mente dan daun lain yang memiliki geta. Untuk waktunya sekitar dua jam itu sudah selesai semua,” kata Avra Kalila Maharani, siswa pembuat batik eco.
Produksi batik ecoprint ini sebagai media pembelajaran dan pelestarian budaya leluhur yang sudah diakui UNESCO. Selain itu, kegiatan seperti ini menjadi modal kemandirian siswa yang bisa dijadikan bisnis ketika di rumah.
“Kita pakai alat dedaunan ini sebahai motif untuk kain ecoprint ini karena ramah lingkungan, tidak mencemari termasuk pewarnanya tidak memakai pewarna alami, dari kunir, secangdan sebagainya itu juga ramah lingkungan, tidak mencemari lingkungan jika kita membuang limbahnya di sembarang tempat. Insya Allah itu akan bermanfaat juga sebagai zat zat yang masih bisa diserap dan dimanfaatkan tumbuhan disekitar,” tegas Pdasetyo Suko Widodo, Kepala SMPN 1 Badegan.
Meski berbahan baku sederhana dan dari lingkungan sekitar. Namun kain batik ecoprint karya siswa ini memiliki nilai jual tinggi. Yakni antara 400 hingga 750 ribu rupiah, tergantung kain dan tingkat kesulitan dalam membuat batik yang diklaim ekslusif ini.