LINTAS7.NET, PONOROGO- Demi melestarikan kesenian reog, ratusan seniman reog obyok menggelar tari kolosal reog Ponorogo di alun-alun setempat pada Kamis (10/8) sore. Selain pelestarian budaya, kegiatan ini juga menggerakkan ekonomi masyarakat.
Berbeda dengan kesenian reog festival, kesenian reog obyok rata-rata tampil tanpa menggunakan sosok klono sewandono dan warok dalam pementasan kesenian atau hanya melibatkan penari kuda atau jathil, bujang ganong serta dadak merak.
Dalam pagelaran seni ini, turut ditampilkan 320 dadak merak yang berasal dari 21 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Ponorogo. Tak hanya orang tua, pemain tari topeng terbesar se dunia ini juga melibatkan remaja dan anak anak.
Para seniman berharap dengan pementasan ini, kesenian reog Ponorogo terus dicintai dan diminati generasi muda. Sehingga nantinya kesenian ini tidak hilang maupun di klaim negara lain.
“Reog adalah simbol keagungan desa atau kelurahan, jadi tujuannya itu untuk mempererat seniman-seniman reog yang ada di Ponorogo dan luar Ponorogo,” kata Hari Purnomo, salah satu seniman reog Ponorogo.
Selain ajang pemersatu, pagelaran 320 reog ini mampu menarik wisatawan, baik lokal maupun wisatawan mancanegara. Dengan begitu terjadi perputaran ekonomi dan membuka peluang ekonomi masyarakat kecil.
“Biar ponorogo semakin banyak event, semakin banyak orang yang datang semakin banyak pengungkit ekonomi dan semakin banyak UMKM tentu akan semakin bagus,” kata Bupati Giri Sancoko.
Meski tidak diakui dalam festival, namun pemerintah daerah akan mewadahi dengan cara menggelar pementasan serupa setiap tahunnya. Yakni, ketika peringatan hari jadi Kabupaten Ponorogo. Sehingga reog obyok nantinya tidak hilang. Sebab, kesenian ini kini hanya dimainkan di acara tertentu. (adv/ct).