LINTAS7.NET, PONOROGO-Awal tahun 2022, jumlah pasien demam berdarah di Ponorogo masih tinggi. Bahkan satu diantaranya meninggal dunia. Sementara dua balita masih kritis.
Hingga pertengahan bulan Januari 2022, jumlah pasien dirawat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Harjono, Ponorogo mencapai 52 pasien. Pada Senin (17/1) pagi jumlah pasien menurun di angka 41 pasien.
Dari jumlah 41 pasien ini 15 diantaranya merupakan pasien anak-anak. Dua diantaranya saat ini mengalami preshok atau kritis yang disebabkan karena datang terlambat. Saat ini, kedua pasien dirawat intensif di ruang khusus anak.
Dari data di RSUD jumlah pasien yang dirawat ini bukan hanya dari wilayah Ponorogo saja. Melainkan dari Kabupaten Magetan dan Wonogiri, Jawa Tengah.
Kebanyakan, gejala awal yang dirasakan para pasien, mengeluh badan lemas, sariawan, nafsu makan berkurang dan pusing.
Salah satu pasirn anak adalag Barel, bocah berusia 5 tahun warga Desa Truneng, Slahung. Di lingkungan tempat tinggalnya, terdapat 15 orang yang terjangkit DBD yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
“Dua hari, awalnya sariawan, nggak mau makan jadi lemes terus dibawa kesini ini trombositnya rendah. Iya awalnya DB terus sekarang kena auto imun. Dilingkungan ada sekitar 15 an rata-rata anak anak, dewasa juga ada,” kata Elfia Yufitasari, orang tua pasien anak terjangkit DBD.
Menurut penjelasan RSUD dr. Harjono, kenaikan pasien dBD disebabkan karena musim hujan yang fluktuatif.
“Jadi total ada 41 yang kita rawat saat ini. Untuk usia anak ada 15 yang dua itu diantaranya mengalami preshok. Untuk Januari ini yang meninggal itu untuk diagnosa masuk kemarin sempat ada tiga, tapi setelah kami telisik lacak yang dua itu seperti DB, kita sebut dengan IPP, penurunan trombosit. Yang DB disertai pneumonia itu bukan warga Ponorogo, jadi yang murni DB meninggal itu satu tapi bukan warga Ponorogo,” jelas dr. Siti Nurfaidah, Wakil Direktur RSUD dr. Hardjono, Ponorogo.
Pihak RSUD juga menghimbau warga agar terus melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara sporadis, yang dilakukan seluruh unsur masyarakat demi menekan angka kasus DBD. (Ct/Red).