FOTO : Dinas PU Kabupaten Madiun Bangun SPAM di Desa Bader
LINTAS7.NET, MADIUN – Sebanyak 102 KK di Desa Bader kini bisa menikmati air bersih berkat pembangunan Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM).
Seperti diketahui, tahun ini Pemkab Madiun melalui Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Kabupaten Madiun, membangun tujuh SPAM di tujuh desa, satu di antaranya di Desa Bader.
“Tahun ini kami melakukan pembangunan SPAM di tujuh desa di Kabupaten Madiun. Di antaranya di Desa Klumutan, Bener, Suluk, Kebonsari, Kradinan, Bodak, dan Desa Bader,” kata Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis, ST saat ditemui, Senin (20/12/2021) siang.
Ia mengatakan, pembangunan SPAM di Desa Suluk dibangun menggunakan dana yang bersumber dari DAK Tahun 2021 dengan nilai Rp 640 juta. Pengerjaannya dimulai pada September dan selesai pada November 2021.
Boby menjelaskan pembangunan SPAM meliputi pengeboran air, pemasangan pipa distribusi dari dalam tanah, hingga pemasangan pipa saluran air ke rumah warga.
Ia menuturkan, kini hasil pembangunan SPAM telah diserahterimakan kepada desa setempat. Selanjutnya pengelolaan SPAM tersebut akan dikelola oleh himpunan penduduk pemakai air minum (Hipam) desa setempat.
“Untuk pengelolaannya, selanjutnya akan dikelola masyarakat setempat,” kata Boby.
Ia berharap, keberadaan SPAM di tujuh desa di Kabupaten Madiun yang baru saja dibangun ini dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Madiun.
Kamituwo Desa Bader, Eko Cahari mengatakan, keberadaan SPAM di Desa Bader sangat membantu dan bermanfaat sekali untuk masyarakat Dusun Manten, Desa Bader, Kecamatan Dolopo.
“Kebutuhan air bersih sangat dinantikan, dengan ada spam baru ini masyarakat bisa menikmati dan bisa untuk menambah pendapatan dari usahanya,” kata Eko.
Ia menceritakan, sebelum adanya SPAM warga setempat menggunakan air dari sumber air yang diambil dari sumber air di pegunungan.
“Dulu waktu awal pemasangannya memerlukan banyak cerita dan juga banyak modal yang tidak sedikit dari swadaya masyarakat sendiri. Dulu per KK harus iuran untuk pengambilan air dari sumber. Sekitar hampir 700 ribu itu saja masih ditambah gotong royong pengaliran tanah buat tanam jaringan pipa,jelasnya.
Dia berharap, ke depan agar kegiatan pembangunan seperti ini bisa lebih di tingkatkan. Sehingga seluruh masyarakat bisa menikmati air bersih yang higienis. (win/red/adv)