LINTAS7.NET, PONOROGO- Jelang pergantian tahun baru Islam, Pemkab Ponorogo gelar kirab pusaka. Prosesi kirab pusaka merepresentasikan perpindahan lokasi kantor pemerintahan dari kota lama kawasan Pasar Pon menuju kota baru yang saat ini menjadi pusat pemerintahan.
Prosesi pemindahan kantor pemerintahan ini ditandai dengan kirab tiga pusaka. Yakni sabuk cinde puspito/ tombak songsong tunggul wulung dan tombak tunggul nogo/ di kirab sejauh tujuh kilometer.
Meski setiap tahun diadakan, namun antusias warga untuk melihat kirab sakral ini selalu tinggi. Bahkan sepanjang jalan dipadati oleh warga yang ingin melihat pusaka yang juga diarak oleh berbagai kesenian dan mobil hias.
Tak hanya dari Ponorogo, wisatawan ini juga dari berbagai daerah mulai dari Ngawi Magetan dan Madiun.
“Sengaja ke Ponorogo mau lihat kirab karena prosesinya selalu membuat penasaran dan sayang kalau dilewatkan,” kata Aringga Nuranggraini, wisatawan asal Magetan saat ditemui di alun alun (6/7).
Tak hanya melihat kirab pusaka dan berbagai tarian. Sejumlah warga pun juga banyak yang berebut untuk mendapatkan air bekas jamasan pusaka. Mereka meyakini jika air yang digunakan untuk menyuci pusaka mengandung doa dan berkah.
“Ini juga mau mencari air bekas jamasan, katanya ini banyak mengandung berkah dan membuat awet muda,” tutur gadis berambut lurus yang baru berusia 23 tahun.
Sementara Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko mengapresiasi antusiasme warga yang selalu ramai ketika prosesi kirab pusaka. Sebuah rangkaian kegiatan grebeg suro. Apalagi tradisi ini merupakan tradisi warisan nenek moyang.
“Berebut tumpeng dan air jamasan itu maknanya berebut berkah, berebut kebaikan. Mudah mudahan ini sebuah doa dalam teatrikal semoga allah mendengar dan ponorogo menjadi berkah,” harap orang nomor satu di pemerintahan Ponorogo.
Tradisi tahunan ini memang selalu digelar setiap satu hari menjelang bulan Suro. Selain untuk nguri nguri budaya suka untuk menarik wisatawan. (ADV)