LINTAS7.NET, PACITAN – Polemik SMPN 1 Pacitan masih jadi perbincangan hangat masyarakat. Pun, para penikmat kopi di sebuah angkringan Pacitan, tampak serius mendiskusikan persoalan murid dan guru Alsa Daruna pada Senin (22/9/25) sore.
Dari percakapan warung kopi itu, didapati sebuah fakta menarik. Guru Alsa Daruna disebut pendidik bereputasi baik sehingga menuai dukungan, dari rekan profesi hingga siswa. Sebaliknya, murid yang merasa jadi korban dan mengadukan perilaku kurang baik dari sang guru tak sedikitpun memperoleh perhatian.
Perlakuan kontras yang dialami korban dan guru jelas mengusik nurani penikmat kopi pahit di sore hari. Apalagi, korban dan pendidik itu masih berstatus keluarga besar sekolah menengah pertama ternama.
“Berperilaku baik itu kan sebuah keharusan bagi pendidik karena mereka adalah contoh. Saya sepakat untuk dukungan maupun perlindungan, tapi apakah pembelaan didramatisasi itu tidak berlebihan? mengingat sang guru baik itu diadukan siswa lain atas perilaku yang tidak baik,” kata Wibowo.
Pembelaan dengan drama yang berlebihan disebut berpotensi jadi bumerang. Apalagi, aduan dugaan pelecehan yang dilayangkan 5 orang wali murid itu belum diketahui pasti kebenarannya.
“Lalu kalau nanti guru baik itu terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan (pelecehan seksual), apa sekolah tak malu kemudian disebut melindungi predator anak?,” ujarnya.
Aspek lain yang tak luput dari sorotan di warung kopi adalah perlindungan bagi 5 siswa dan orang tua wali murid. Terlebih, pasca perpisahan haru itu mereka selalu jadi sasaran luapan amarah serta bullyian.
“Mereka suarakan keadilan untuk guru baik, tapi secara bersamaan memupus harapan keadilan bagi para korban. Ini terlihat bahwa para intelektual hebat-hebat ingin menang sendiri tanpa pedulikan hak anak didik yang mencari keadilan,” jelasnya.
Semua ingin polemik yang menciptakan kegaduhan bisa berakhir baik bagi pendidik, siswa dan lembaga pendidikan. Para pihak berwenang diharapkan segera menyelesaikan persoalan secara cepat dan tepat.






