LINTAS7.NET,PACITAN- Kabupaten Pacitan dikenal akan keindahan alam yang menakjubkan. Obyek wisata di Kota 1001 Goa pun tersohor secara luas. Dibalik pesona wisatanya, Pacitan punya keistimewaan lain sebagai kota prasejarah dunia. Ini menyusul temuan fosil zaman prasejarah di sepanjang sungai Baksoka di Kecamatan Punung. Bahkan, berkat temuan itu, Desa Sooka juga disebut sebagai salah satu desa tertua di dunia.
“Bahwa Kabupaten Pacitan ini tidak lepas dari awal prasejarah, terlebih di Desa Sooka ini ada dua situs prasejarah yang sudah di akui oleh Trowulan,Balai Yogyakarta dan tercatat di museum Perancis,” kata Eko Wahyudi, Kepala Desa Sooka.
Eko menyebut, situs Baksoka melengkapi jejak peninggalan manusia purba di masa prasejarah di Desa Sooka berupa batu rijang sebagai kapak purba dan bengkel artefak.
“Seperti baju rijang untuk kapak pada masa prasejarah,ada bengkel artefak sebagai peradaban dari masa prasejarah ke sejarah dan adanya situs bak sooka. Ini sudah menjadi penguatan bahwa di desa kami ini merupakan desa tertua di Pacitan,” ujar Eko.
Dirinya menerangkan bahwa di Desa Sooka ada museum alam dunia yang bernama sungai Baksooka. Menurut para profesor yang ada dari Trowulan dan di Yogyakarta, seorang arkeolog belum bisa mendapatkan gelar profesor sebelum meneliti kali bak sooka.
“Menurut para profesor dari Trowulan dan profesor dari Yogyakarta para arkeolog ini belum bisa mendapatkan gelar profesor apa bila belum mengadakan penelitian di situs kali bak sooka,” ungkapnya.
Alasan sungai Baksooka sangat istimewa pun di jelaskan olehnya. Pasalnya di situs kali bak sooka menceritakan tiga jaman sejarah yaitu prasejarah lama, pertengahan prasejarah dan prasejarah modern.
“Sedimen di kali bak sooka ini menceritakan tiga jaman prasejarah yaitu prasejarah lama, pertengahan prasejarah dan prasejarah modern. Karena mungkin proses terangkatnya sedimentasi lapisan tanah yang ada di situs kali bak sooka tersebut sehingga para arkeologi itu tidak kesulitan dalam hal penggalian. Mereka cukup meneliti batu-batu yang ada di permukaan dan itu sudah bercerita masalah prasejarah tiga jaman,” pungkas Eko Wahyudi. (red/adv).