Mengenal Kesenian Gemblukan Kromomejdo Khas Klepu Sudimoro, Ada Adegan Kesurupan

- Jurnalis

Jumat, 29 November 2024 - 23:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pentas kesenian Gembluk Kromomedjo pada festival Kentong Aji di lapangan Sudimoro bulan lalu. (Foto:Istimewa).

Pentas kesenian Gembluk Kromomedjo pada festival Kentong Aji di lapangan Sudimoro bulan lalu. (Foto:Istimewa).

LINTAS7.NET, PACITAN- Kabupaten Pacitan punya segudang kesenian tradisional khas yang terus dilestarikan. Salah satunya kesenian Gemblukan Kromomedjo asli Desa Klepu, Sudimoro. Kesenian yang satu ini masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat di Kota 1001 goa. Namun siapa sangka, kesenian ini telah dilestarikan mulai tahun 1987 silam.

Bagi warga Mbanteng, Dusun Mekarsari, Desa Klepu, pelestarian seni Gemblukan Kromomedjo jadi sebuah keharusan. Tak hanya wadah menyalurkan bakat seni, pelestarian Gemblukan bentuk penghormatan para leluhur desa setempat.

“Pelestariannya melalui latihan rutin maupun pentas kesenian dalam kegiatan desa maupun kecamatan. Sekarang banyak anak-anak muda yang juga ikut dalam pelestarian kesenian ini,” kata Suweno Eko Pratama, pegiat seni Gemblukan Kromomedjo.

Suweno mengungkap, berdasarkan cerita turun temurun, kesenian ini berasal dari kisah kesalahpahaman antara tokoh adat desa dan masyarakat. Kala itu, leluhur bernama Ki Kromo Medjo menyampaikan pesan adanya sensus penduduk atau dikenal masyarakat sebagai cacah jiwo dengan bunyi tabuhan. Masyarakat menafsirkan pesan cacah jiwo itu sebagai tragedi pembunuhan.

Baca Juga :  Banyak Jalan Tak Laik di Pelosok Desa, Ini Penjelasan Pemerintah

“Untuk mengenang peristiwa itulah, seni musik dan tarian gembluk Kromomejo diciptakan dan dilestarikan masyarakat, khususnya lingkungan Mbanteng, Dusun Mekarsari Desa Klepu. Pelestariannya melalui latihan rutin dan kegiatan festival budaya lainnya,” imbuh Suweno.

Dikatakan sebagai Gemblukan merujuk pada suara khas tabuan kendang (gembluk). Sedangkan Kromomedjo merupakan tokoh desa yang sangat berpengaruh saat itu. Selain tarian dan irama kendang, yang menarik perhatian dari kesenian ini, adanya pelaku seni yang kesurupan.

“Ciri khasnya ya tarian, suara kendang dan atraksi mistis semacam kesurupan. Biasanya beberapa penari ada yang kemasukan roh leluhur atau kesurupan yang dikenal dengan istilah ‘Ndadi’,” jelas Suweno.

Kesenian tradisional itu kerap dipertontokan pada kegiatan desa maupaun kecamatan. Setiap pementasan, kesenian ini melibatkan 6 orang pria dan 6 orang perempuan yang memainkan alat musik sembari menari dengan penuh semangat. Mereka memakai pakaian tradisional berupa ikat kepala blangkon warna kuning.

Baca Juga :  Ratusan Rumah Tangga di Karanggede Nikmati Hasil Pembangunan Air Minum

“Menari sembari meneriakkan ‘hosa’ bagian dari pertunjukkan kesenian ini. Untuk sekali pentas ada 6 tembang wajib sehingga bisa memakan waktu mencapai satu jam dan puncaknya ketika penari kerasukan kesurupan sehingga tariannya tak terduga,” jelasnya.

Dengan kekayaan sejarah, keunikan musik, dan sentuhan mistisnya, gemblukan tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga cerminan budaya luhur masyarakat Sudimoro yang terus hidup hingga kini. Oleh karena itu, perlu untuk terus dilestarikan dan ditampilkan melalui event-event seperti Festival Kenthong Aji Sudimoro.

“Kesenian seperti gemblukan ini adalah identitas budaya yang harus kita jaga dan lestarikan bersama,” kata Camat Sudimoro. (red/adv).

Berita Terkait

Milad 110 Tahun Suara Muhammadiyah, Wisata Bernilai, Ekonomi Berdaya, di Kawasan Wisata Pancer Door Pacitan  
PKD dan Dirosah Ula GP Ansor Pacitan Resmi Dibuka, Gus Hammam Luncurkan Buku Dalil Amaliyah Ahlussunnah Wal Jama’ah
Warga Watukarung Dilatih Hadapi Bencana Gempa dan Tsunami
Integrasi Digital dan Disiplin Lalu Lintas, Kunci Keselamatan Warga Pringkuku
KONI Pacitan Butuh Pemimpin Muda, Energik, dan Visioner,  Danur Suprapto Jawab Tantangan Itu
Desa Sukoharjo dan Telkomsel Hadirkan Program “Baktiku Negeriku” untuk Percepat Digitalisasi dan Pemberdayaan Desa  
STBM 5 Pilar, Langkah Nyata Sidoharjo Mewujudkan Kelurahan Sehat dan Mandiri
Kuasa Hukum Dani Santoso, Penjualan BBL Seharusnya Dikenai Sanksi Administratif Bukan Pidana

Berita Terkait

Senin, 28 Juli 2025 - 20:12 WIB

Milad 110 Tahun Suara Muhammadiyah, Wisata Bernilai, Ekonomi Berdaya, di Kawasan Wisata Pancer Door Pacitan  

Jumat, 25 Juli 2025 - 18:46 WIB

PKD dan Dirosah Ula GP Ansor Pacitan Resmi Dibuka, Gus Hammam Luncurkan Buku Dalil Amaliyah Ahlussunnah Wal Jama’ah

Kamis, 24 Juli 2025 - 09:17 WIB

Warga Watukarung Dilatih Hadapi Bencana Gempa dan Tsunami

Kamis, 24 Juli 2025 - 08:10 WIB

Integrasi Digital dan Disiplin Lalu Lintas, Kunci Keselamatan Warga Pringkuku

Minggu, 20 Juli 2025 - 11:19 WIB

KONI Pacitan Butuh Pemimpin Muda, Energik, dan Visioner,  Danur Suprapto Jawab Tantangan Itu

Berita Terbaru

Daerah

Warga Watukarung Dilatih Hadapi Bencana Gempa dan Tsunami

Kamis, 24 Jul 2025 - 09:17 WIB