Menu

Mode Gelap
Kemenag Kota Madiun Disorot LSM Garis PAKEM Mandiri Terkait TPG Non PNS Tahun 2018 dan Dugaan Pungli Musrenbang, Lima Sektor Jadi Prioritas RKPD Kabupaten Madiun 2024 Teken Finacial Close Proyek KPBU APJ, Bupati Madiun Ingin Kebijakan Bermanfaat Untuk Masyarakat  Mobil Masuk Jurang, Sopir dan Mantan Kades Dadapan Tewas Pertimbangan Masa Depan, Kasus Pencurian Karburator di Mapolres Madiun Sepakat Selesai dengan Diversi 

Kesehatan · 7 Nov 2019 19:59 WIB ·

Seorang Warga Madiun Yatim Piatu dan Mengidap Hidrosefalus, Begini Kondisinya


 Seorang Warga Madiun Yatim Piatu dan Mengidap Hidrosefalus, Begini Kondisinya Perbesar

Lintas7.net, MADIUN – Betapa berat cobaan yang harus dijalani Tri Hatmoko. Sejak lahir, remaja berusia 17 tahun ini divonis oleh dokter mengidap penyakit Hidrosefalus yang mengakibatkan kepalanya terus membesar melebihi ukuran normal.

Ditemui lintas7.net pada Rabu (6/10/2019), Tri hanya bisa tergeletak di lantai beralaskan kasur tipis. Tatapan matanya menyiratkan seolah ia ingin mengatakan sesuatu. Namun bibirnya tak mampu berucap.

Sesekali ia mencoba tengkurap dan menengadahkan kepalanya. Hanya beberapa detik, kembali tergeletak karena tak kuasa menahan berat kepalanya.

Tubuhnya kurus. Kaki dan tangannya pun tampak kecil. Tri juga sulit berkomunikasi. Tak jarang, tiba-tiba Ia menangis sesenggukan. Sejurus kemudian menjerit.



Cobaan berat kembali menimpa Tri. Beberapa waktu lalu, Siami, ibunda yang selama ini merawatnya berpulang ke pangkuan Ilahi menyusul Harjanto, sang ayah yang telah lama meninggal ketika Tri masih kecil. Jadilah Tri seorang yatim piatu.

Kini, Tri tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Talang, Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun bersama dua orang kakaknya. Suniyar Atmajaya (32) dan Dwi Setyawan (23). Kedua kakak laki-lakinya inilah yang kini kejibahan merawat Tri.

Niyar, kakak sulung Tri bercerita, dulu ketika adiknya lahir, sebenarnya dokter sudah memastikan bahwa Tri mengidap Hidrosefalus dan disarankan operasi. Namun, terbentur biaya.

“Waktu itu dibilangin dokter kalau operasinya mahal katanya, karena belum ada biaya akhirnya ditunda,” kenang Niyar.


Niyar menceritakan, sebelumnya dia bekerja di Surabaya. Namun karena kondisi ibunya sakit lalu meninggal dan keadaan Tri yang harus dirawat membuat Niyar memilih keluar dari pekerjaan demi merawat adiknya.

Niyar juga mengaku bingung. Pasalnya, kondisi adiknya tidak memungkinkan ditinggal kerja, tetapi di sisi lain, dia menjadi tulang punggung keluarga. Meskipun adiknya yang nomor dua yakni Dwi Setyawan saat ini sudah bekerja di Caruban.

Kondisi yang dialami Tri membuat para tetangga prihatin. Mereka memberi bantuan ala kadarnya berupa makanan dan minuman.

“Pak Bupati juga sudah kesini, sehari setelah ibu meninggal,” kata Niyar.

Niyar sebenarnya ingin berobat demi kesembuhan adiknya. Tetapi tidak tahu kemana. Kalaupun tahu tempatnya, Niyar mengaku bingung bagaimana biayanya.

“Saya ingin adik bisa hidup normal dan sehat, tapi gimana lagi keadaannya kayak gini, hanya bisa pasrah,” ungkapnya. (ant)

Artikel ini telah dibaca 40 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Kemenag Kota Madiun Disorot LSM Garis PAKEM Mandiri Terkait TPG Non PNS Tahun 2018 dan Dugaan Pungli

22 Maret 2023 - 09:45 WIB

Musrenbang, Lima Sektor Jadi Prioritas RKPD Kabupaten Madiun 2024

21 Maret 2023 - 14:39 WIB

Teken Finacial Close Proyek KPBU APJ, Bupati Madiun Ingin Kebijakan Bermanfaat Untuk Masyarakat 

18 Maret 2023 - 09:44 WIB

Bupati Ponorogo Siapkan Lahan Relokasi Korban Tanah Gerak Sawoo

7 Maret 2023 - 21:27 WIB

Indrata Nur Bayuaji: Anies-AHY Pasangan Ideal

2 Maret 2023 - 17:48 WIB

Pertimbangan Masa Depan, Kasus Pencurian Karburator di Mapolres Madiun Sepakat Selesai dengan Diversi 

1 Maret 2023 - 14:03 WIB

Trending di Headline