LINTAS7.NET, PACITAN– Aksi gendam akhir-akhir ini membuat resah warga masyarakat di Kabupaten Pacitan. Sebelum menyasar Siti Mulyani (52 th) warga Desa Menadi, Pacitan, kejadian gendam dengan modus yang hampir serupa juga terjadi di Desa Kayen, Kecamatan Pacitan.
Suhari Ningsih (55 thn), salah seorang saksi mata kejadian gendam di Desa Menadi mengungkap modus serta beberapa ciri-ciri pelaku. Dia mengatakan pelaku berjumlah 2 orang menggunakan kendaraan roda empat saat menjalankan aksinya.
Pelaku katanya sempat mengawasi situasi dan kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Setelah merasa aman keduanya kemudian berhenti di depan rumah Siti yang saat itu sedang membersihkan halamannya rumahnya.
“Saya melihat mobilnya jalan terus masuk ke dalam permukiman sana, tak berselang lama kembali lagi dan berhenti di depan rumah Bu Siti. Saat itu, Saya sempat bertanya kepada pelaku keperluannya apa. Malah Bu Siti yang menjawab kalau pelakunya tanya alamat seseorang di Desa Sirnoboyo. Saya juga mengira mereka salah jalan saja. Setelah itu saya lanjut jalan lagi lewat rumah korban, dan waktu kembali mereka masih mengobrol begitu, tapi saya terus pulang ke rumah, “ katanya pada awak media di lokasi kejadian gendam Minggu (28/3) kemarin.
Lebih lanjut, perempuan yang juga pedagang toko kelontong itu melanjutkan rutinitas hariannya. Dia baru menaruh curiga ketika keluar dari toko melihat pelaku masih bersama dengan korban.
“Habis masak air di dapur kan Saya keluar rumah, ternyata Bu Siti masih ngobrol dengan para pelaku itu. Saya coba mengamati dari Pos Kampling depan itu tapi tidak begitu jelas karena Bu Siti menunduk kearah jendela belakang mobil. Dan tak lama kemudian para pelaku pergi dengan mobilnya, dan sempat menyapa monggo (mari) Bu, waktu melintas di depan saya,” tambah perempuan yang biasa disapa Bu Panji tersebut.
Panji, menambahkan setelah pelaku pergi dari lokasi kejadian, korban menghampiri dirinya. Dia curiga, tetangganya itu dalam pengaruh hipnotis saat berusaha memperlihatkan tisu yang dibungkus dalam kantong plastik pemberian pelaku.
“Waktu saya buka itu isinya tisu dilipat-lipat yang di dalamnya berisi uang pecahan seribuan dan lima ratus rupiah dua buah. Lalu saya pukul bagian pundak beliau dan bilang pasti terkena hipnotis. Korban kemudian tersadar dan baru mengetahui sejumlah perhiasannya sudah tidak ada,” tegasnya.
Dalam kondisi lingkungan yang masih sepi, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh kedua warga RT 01 RW 02, Dusun Menadi tersebut. Mereka kemudian melaporkan kejadian gendam kepada pihak kepolisian.
Saksi mengungkap beberapa ciri-ciri pelaku yang berjumlah 2 orang. Menurutnya, satu orang hanya berada di dalam mobil, sedangkan satu orang lainnya melancarkan aksinya pada korban.
“Satu orang berada di mobil sempat membuka masker punya tanda di bagian pipi sebelah kanan, hanya tanda itu asli atau tidak kita ga ngerti juga. Satu orang yang beraksi itu berpakaian muslim kaya jubah dan pakai peci. Mobilnya pendek (Alya) warna silver bernomor polisi L 1293 SA,’’ tanda Panjir.
Korban mengaku perhiasan berupa gelang, kalung dan 2 cincin miliknya bernilai sekitar 10 juta rupiah. Dia, mengaku tidak mengira menjadi korban hipnotis karena penampilan pelaku cukup meyakinkan sebagai seseorang yang beragama.
“Saya sama sekali tidak curiga karena berpakaian muslim, saat bertanya tutur katanya juga sopan. Tapi setelah sadar perhiasan yang saya pakai sudah di bawa pelaku semua,” singkat Siti, dengan penuh kesedihan.
Saat ini kasus pecurian bermodus gendam sudah ditangani oleh kepolisian resor Pacitan. Masyarakat diminta untuk waspada terhadap aktivitas orang yang belum dikenal secara dekat. Selain itu, warga diharapkan tidak menggunakan perhiasan saat beraktivitas di rumah demi menghindari potensi aksi kejahatan. (RIS).