LINTAS7.NET, PACITAN- Potensi peternakan di Kabupaten Pacitan cukup menjanjikan. Setidaknya, bagi warga Desa Gemaharjo, ternak sapi perah telah memberikan banyak manfaat bagi ekonomi dan kesejahteraan.
Salah seorang peternak, Gayem, mengakui pada awalnya ia seorang peternak sapi biasa. Setelah mendapat bantuan satu ekor sapi perah dari pemerintah, dia makin giat mengembangkan peternakan hingga saat ini mempunyai lima belas ekor sapi perah.
“Dulu awalnya cuma punya satu, karena potensinya besar, saya beli lagi, akhirnya kini punya 15 ekor, dan enam yang siap diperah,” katanya pada wartawan.
Pemerahan susu hanya berlaku bagi sapi yang baru melahirkan. Agar proses pemerahan berjalan lancar, peternak memisahkan anakan sapi dari induknya. Tiap satu ekor sapi baru melahirkan rata-rata menghasilkan susu sebanyak 12 liter per hari. Pemerahan optimal bisa dilakukan selama enam bulan pasca sapi melahirkan.
“Setiap pagi, menjual susu ke fasilitas pendinginan di desa setempat dengan harga Rp 8.500 per liter. Harga jual susu ini lumayan stabil,” imbuhnya.
Peternakan sapi perah di Gemaharjo, menunjukkan perkembangan signifikan. Sejak tahun 2014, sapi perah jadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat lokal. Lebih dari 100 orang peternak yang rata-rata memiliki lima ekor. Kepala Desa Gemaharjo, Harmanto menjelaskan, bahwa perputaran ekonomi dari hasil penjualan susu di desa mencapai Rp 100-150 juta per bulan setelah dikurangi biaya produksi dan pakan.
“Jadi potensinya cukup besar, itu dilihat dari perputaran ekonomi di desa,” jelasnya.
Demi memaksimalkan potensi desa, saat ini warga berinovasi membuat produk jamu herbal hasil kombinasi susu perah dengan empon-empon. Produk olahan jamu yang diberi nama Raja Subali (Ramuan Jawa Susu Herbal Murni), diluncurkan oleh Bupati Indrata Nur Bayuaji dan mendapat sambutan positif sebagai minuman kesehatan berbasis bahan alami.
Usaha peternakan sapi perah ini tidak hanya meningkatkan pendapatan warga, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Banyak keluarga yang sebelumnya tidak mampu membeli kendaraan kini dapat memiliki sepeda motor atau bahkan mobil. Anak-anak peternak juga dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Camat Tegalombo, Nur Subhan, mengungkapkan bahwa peternakan sapi perah di wilayah ini bermula dari program bantuan pemerintah berupa satu ekor sapi perah kepada peternak yang sebelumnya terbiasa memelihara sapi penggemukan. Setelah merasakan manfaat ekonominya, warga mulai membeli sapi perah tambahan secara mandiri dan mengembangkan usaha ini lebih lanjut.
“Sekarang, ada peternak yang memiliki belasan hingga puluhan ekor sapi perah,” kata Nur Subhan.
Tidak hanya Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo juga memiliki beberapa desa lain yang aktif dalam peternakan sapi perah, seperti Desa Ploso, Tahunan, dan Tahunan Baru. Menurut data dari Pemerintah Kecamatan Tegalombo, terdapat sekitar 600 peternak dengan total populasi sapi mencapai 1.000 ekor. Keberhasilan ini bisa menjadi contoh baik bagi desa lain untuk memaksimalkan potensi desa. (red/adv).