LINTAS7.NET, PACITAN – Sudah jatuh tertimpa tangga. Pepatah itu dirasakan oleh seorang korban yang merasa mendapat perlakuan tak menyenangkan dari oknum guru SMPN 1 Pacitan. Tak hanya menanggung beban psikologis berat, dia juga terus mendapat ancaman dari orang tak dikenal.
Intimidasi yang dihadapi salah seorang korban makin gencar pasca video viral perpisahan guru SMPN 1 beredar di dunia maya. Ancaman melalui pesan pribadi itu dibagikan korban kepada sejumlah awak media.
Berdasarkan bukti percakapan yang diterima media, pelaku intimidasi dengan nomor tak dikenal merasa tidak senang dengan pengaduan korban yang berujung terbitnya Surat Perintah Tugas (SPT) guru Alsa Daruna ke sekolah lain.
Bahkan, pelaku mengancam akan membuat korban dan rekannya tidak tenang. Ancaman ini membuat korban makin tertekan. Terlebih, para korban telah dikucilkan teman-teman sekolah.
“Kamu sudah menghancurkan nama seseorang cuma hal sepele, kamu sama teman-temanmu malah mengadu itu maksudmu gimana,” bunyi intimidasi dalam bahasa Jawa pelaku kepada korban.
Korban berupaya memberanikan diri membalas chat dengan menanyakan tujuan pelaku melakukan intervensi serta ancaman.
“Kepentinganku hanya menegaskan kamu dan teman-temanmu tidak akan bisa tenang di tahun ini,” tegas pelaku dalam komunikasi pesan singkat dengan korban.
Di tengah tekanan yang terus menghimpit, dukungan untuk korban mulai bermunculan. Salah satunya Adi warga yang peduli terhadap anak di Pacitan, Ia mengecam keras intimidasi terhadap anak dan menyatakan bahwa korban seharusnya mendapat perlindungan, bukan malah dihakimi.
“Anak-anak yang berani bicara itu harusnya diapresiasi, bukan diintimidasi. Mereka adalah korban, dan negara wajib hadir untuk melindungi. Saya minta pihak sekolah dan aparat serius menyelidiki dan memastikan tidak ada lagi teror semacam ini,” tegas Adi yang mengikuti kasus ini sejak awal, Minggu (21/9/25).
Adi juga menekankan bahwa laporan anak tidak boleh dianggap sepele, apalagi jika menyangkut lingkungan pendidikan.
“Kalau mereka diam, kita tidak akan tahu ada masalah. Justru karena mereka bicara, kita bisa memperbaiki. Mereka butuh perlindungan, bukan penekanan,” jelasnya.