MAGETAN – Ratusan pendemo dari Desa Setren, Kecamatan Bendo memaksa masuk Lanud Iswahjudi, Rabu (20/3/2019). Alasannya, mereka ingin membebaskan Solikin, temannya.
Sebelumnya, Solikin diamankan Satpom Lanud Iswahjudi yang diduga melakukan tindakan provokasi terhadap warga Setren, terkait permasalahan aset tanah yang di klaim oleh Lanud Iswahjudi.
Ratusan aksi masa yang dipimpin Andika tersebut, dalam orasinya menuntut untuk membebaskan Solikin, karena dianggap tidak bersalah. Pengunjuk rasa mengancam, apabila tuntutannya tidak dikabulkan akan mengerahkan massa yang lebih banyak lagi.
“TNI AU Lanud Iswahjudi tidak punya kewenangan menangkap warga sipil, yang berhak adalah aparat kepolisian”, teriak Andika sambil memegang poster bertuliskan tegakkan keadilan.
Massa semakin brutal dan mulai melempari pasukan Penanggulangan Huru-Hara (PHH), dengan berbagai benda dan air. Tidak hanya itu, massa juga membakar ban bekas di depan pintu gerbang Lanud Iswahjudi.
Sebelumnya, berawal dari Desa Setren, dengan mengendarai sepeda motor, ratusan massa berorasi di akses pintu masuk Pos Barat, kemudian menuju Pos Timur.
Merasa aksinya tidak ditanggapi karena tidak bisa masuk melalui pintu utama, massa berputar mencari jalan melalui pintu Kosala Tirta dan akhirnya pengunjuk rasa berhasil masuk dan berorasi didepan kediaman Komandan Lanud Iswahjudi.
“Kami minta keadilan, bebaskan teman kami,” kata salah seorang peserta aksi.
Selang beberapa jam, aksi massa akhirnya bisa diredam setelah dilaksanakan negoisasi antara Koordinator Lapangan (Korlap) saudara Andika dengan pihak Lanud Iswahjudi, setelah ada kesepakatan di antara kedua belah pihak, massa membubarkan diri dengan tertib.
Aksi massa tersebut adalah bagian dari simulasi penanggulangan huru-hara (PHH), dalam latihan Elang Gesit tahun 2019. Kegiatan itu melibatkan satu kompi pasukan Kamhanlan Lanud Iswahjudi, Satuan Hewan (Anjing), personel Pom Lanud Iswahjudi serta mobil water cannon dan juga puluhan anggota lainnya. (ton/ant)