LINTAS7.NET, PACITAN – Hasil produksi kakao Desa Wonoanti, Kecamatan Tulakan cukup membanggakan. Produk perkebunan yang satu ini bisa jadi yang terbaik di wilayahnya. Selain kualitas ekspor, produksi kakao di Wonoanti cukup berlimpah mencapai sekitar 3 ton per bulan.
Miswanto, seorang petani mengaku, banyak warga di wilayahnya menekui tanaman kakao. Alasannya, selain menjanjikan secara ekonomi, kakao bisa berbuah secara terus menerus tanpa tergantung pada musim.
“Kakao ini salah satu tanaman yang berbuah terus, tidak kenal musim,” ujarnya kepada wartawan di Tulakan.
Pria berusia 52 tahun itu menyebut luasan lahan tanaman kakao di Wonoanti mencapai 25 hektar yang tersebar di empat dusun. Meliputi, Dusun Krajan, Ngunut, Duren dan Bulih. Mayoritas masyarakat membudidakan kakao di sekitar pekarangan rumah.
“Hampir semua kepala keluarga menamam kakao, baik itu di pekarangan rumah maupun area perkebunana,” imbuhnya.
Potensi kakao di Wonoanti didukung oleh kontur tanah serta ketinggian wilayah desa yang berada 110 meter di atas permukaan laut. Saat ini hasil produksi kakao di Wonoanti bisa mencapai 3 ton tiap bulannya.
“Sejak tahun 2014, pemerintah membantu suplai bibit kakao. Pada tahun 2023, ada tambahan 16 ribu bibit,” jelasnya.
Meski hasilnya melimpah, tantangan yang dihadapi petani kakao tidaklah mudah. Serangan hama buah busuk, tupai, dan luwak jadi tantangan. Petani harus ekstra telaten dalam merawat tanaman dan segera memanen buah yang sudah matang. Pun, pemangkasan ranting secara benar dan rutin.
“Pemerintah terus berupaya agar produksi pada komoditi kakao ini bisa terus meningkat dan berkualitas. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pacitan, secara berkala memberi pelatihan, sekolah lapangan untuk pengendalian hama terpadu dan pelatihan perawatan kakao,” kata Joko Harijanto, Camat Tulakan.
Saat ini, harga kakao kering di pasaran mencapai Rp95.000 per kilogram, menjadikan komoditas ini sebagai salah satu andalan perekonomian warga Desa Wonoanti. (red/adv).