NGAWI – Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar mengakui keberadaan petani jagung sekarang ini masih terkendala pupuk. Mengingat keberadaan petani jagung yang mayoritas berada dipinggiran hutan belum masuk sebagai anggota Kelompok Tani (Koptan). Melainkan dibawah LMDH kerjasama dengan Perhutani.
Dengan alasan itu secara otomatis petani jagung tidak mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi yang diatur melalui mekanisme RDTRK seperti petani padi. Solusinya harus ada intervensi swasta maupun pemerintah dengan mencarikan pupuk non subsidi berkwalitas dengan harga terjangkau.
“Petani jagung biasanya mengerjakan lahan milik Perhutani masuk LMDH jelas tidak memperoleh pupuk bersubsidi. Makanya harus ada peran swasta dan pemerintah,” terang Ony Anwar via phone, Senin, (25/02/2019).
Meski demikian tandasnya, pihak petani masih bisa menjangkau harga pupuk non subsidi setelah harga jagung lumayan bagus. Namun sebaliknya jika harga terpuruk tidak menutup kemungkinan menjadi batu sandungan para petani jagung.
Dijelaskan Ony, dipasaran harga jagung pipil basah mencapai Rp 2.100/kg. Dan pihaknya mengapresiasi positif keberadan Induk Koperasi Syirkah Muawanah (Inkopsim) – PBNU. Dimana mampu menyerap produksi jagung dari petani dengan pengiriman perdana ke PT Sidoagung dan PT Patriot yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Ungkapnya, dalam per harinya mampu mengirimkan 120 ton jagung pipil basah hingga 40 hari kedepan. Sehingga guna mempertahankan jagung berkwalitas terang Ony harus menggandeng pihak pabrikan.
Terpisah, Marsudi Kepala Disperta Ngawi membeberkan, sekarang ini petani jagung mampu memproduksi sekitar 129 ribu ton jagung. Ditargetkan dalam jangka tertentu mampu tembus 259 ribu ton jagung dari luasan area lahan 37 ribu hektar. (en*)