LINTAS7.NET, PACITAN – Di tengah hingar-bingar toko modern dan pusat perbelanjaan yang mulai menjamur, Pasar Beling Minggu Wage di Dusun Nitikan Desa Sukoharjo Kecamatan Pacitan, tetap menjadi magnet bagi masyarakat. Setiap pasaran Minggu Wage, pasar ini menjadi ajang bertemunya para pedagang dan pembeli, menghidupkan kembali suasana yang sarat akan kehangatan dan nostalgia.
Saat memasuki pasar, pengunjung disambut oleh keramaian suara tawar-menawar dan aroma menggugah selera dari berbagai jajanan tradisional. Di sini, dapat menemukan lopis, jongkong, cenil berwarna-warni, jenang yang kenyal, tiwul, jadah bakar, dawet segar gula jawa, kupat tahu, dan lontong pecel, sego berkat, semuanya menggugah ingatan akan masa kecil.
Ibu Mariyati, salah satu pedagang berusia lanjut, menjelaskan, “Kami ingin mengenalkan makanan tradisional kepada generasi muda. Di pasar ini, mereka bisa merasakan rasa asli kuliner kita tempo dulu,” ujarnya, Minggu (3/11/24).
Pasar Krempyeng bukan hanya sekadar tempat untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, lebih dari itu, ini adalah jantung kehidupan sosial masyarakat. Banyak pengunjung yang datang bukan hanya untuk berbelanja, tetapi juga untuk bersosialisasi, berbagi cerita, dan menikmati suasana kekeluargaan.
“Ini tempat di mana kami bisa bertemu dan berbagi. Banyak yang sudah saling kenal,” ungkap Bapak Gatot salah satu pengunjung setia.
Pasar Krempyeng, sebuah destinasi unik di daerah ini, menawarkan pengalaman berbelanja yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mengedukasi. Pengunjung pasar ini disuguhi keindahan seni tradisional gamelan yang menggunakan bahan beling atau kaca, menciptakan suara yang khas dan menarik.
Kesenian gamelan kaca ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya lokal, di mana para seniman memadukan elemen tradisional dengan inovasi modern. Penampilan gamelan ini menjadi daya tarik tersendiri, menambah suasana pasar yang berbeda.
“Dengan berbagai produk lokal yang ditawarkan, seperti kerajinan tangan dan makanan khas, Pasar Krempyeng bukan hanya tempat untuk berbelanja, tetapi juga untuk menikmati kekayaan budaya. Para pengunjung dapat merasakan atmosfer yang hidup, di mana seni dan perdagangan bertemu dalam harmoni yang indah,” kata Amin Sastrowijoyo pelestari budaya desa.
Pasar ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat ekonomi, tetapi juga sebagai wadah untuk melestarikan dan mempromosikan seni dan budaya lokal, menjadikannya salah satu tempat yang wajib dikunjungi.
Keberadaan pasar ini juga memberikan peluang bagi para pelaku usaha kecil dan menengah. Dengan harga yang bersaing dan kualitas produk yang terjamin, para petani dan produsen lokal dapat menjual hasil mereka secara langsung kepada konsumen. Hal ini tidak hanya membantu perekonomian lokal tetapi juga mendukung keberlanjutan produk lokal.
“Saya bisa menjual sayuran segar hasil panen sendiri di sini, dan itu sangat membantu keluarga saya,” ujar Ibu Siti, petani lombok setempat.
Pemerintah desa pun berupaya untuk menjaga kelestarian pasar ini melalui program-program pengembangan.
“Kami menyadari pentingnya pasar tradisional sebagai bagian dari identitas budaya. Kami ingin memastikan bahwa Pasar Krempyeng tetap eksis dan berkembang,” jelas Kepala Desa Sukoharjo.
Walau demikian, Pasar Krempyeng tidak lepas dari tantangan. Persaingan dengan supermarket modern dan tren belanja online membuat pasar ini harus beradaptasi. Namun, pesona tradisional dan keakraban yang ditawarkan tidak dapat ditandingi oleh toko-toko modern. Bagi banyak orang, berbelanja di Pasar Krempyeng adalah tentang pengalaman, bukan sekadar transaksi.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya produk lokal dan kuliner tradisional, masa depan Pasar Krempyeng terlihat cerah. Ia berdiri sebagai simbol ketahanan tradisi, memberikan harapan bahwa nilai-nilai lokal dapat bertahan di tengah arus modernisasi.
Pasar ini adalah lebih dari sekadar tempat berbelanja, ia adalah tempat di mana budaya dan komunitas berkumpul, saling berbagi, dan merayakan warisan yang tak ternilai. Bagi banyak orang, Pasar Krempyeng adalah rumah tempat di mana mereka bisa merasakan kehangatan komunitas dan kelezatan kuliner yang tak lekang oleh waktu. (red/adv)