Lintas7.net, MADIUN – Keluh kesah sejumlah petani di Desa Kedung Jati, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun didengar Bupati Madiun, Ahmad Dawami.
Bupati yang akrab disapa Kaji Mbing ini terjun langsung memantau kondisi persawahan yang diserang tikus, Kamis (26/9/2019).
Selain ikut langsung dalam gropyokan tikus bersama para petani, Bupati juga berdialog untuk mencari solusi terbaik permasalahan hama tikus.
“Kendalanya saking banyaknya tikus. Jadi memang perlu gropyokan bareng-bareng. Dan ini tidak bisa sekali aja. Perkembang biakannya tikus itu sangat cepat sekali,” ungkapnya.
Menurut Bupati, saat ini jumlah lahan pertanian di wilayah Kecamatan Balerejo yang diserang hama tikus mencapai sekitar 9 hektar. Meski begitu, bukan berarti pihaknya lepas tangan. Tetapi tetap dipertahankan untuk bisa panen.
“Masih bertahan untuk panen, cuma produksinya berkurang,” katanya.
Orang nomor satu di lingkup Pemkab Madiun ini juga tidak menampik adanya kemungkinan tanaman padi diganti dengan tanaman lain yang lebih produktif.
“Dalam satu tahun, pada saat kurang air, mungkin bisa dialihkan dengan tanaman lain. Kita juga akan mempersiapkan ketika ada komoditi lain yang ditanam disini, kenapa tidak?,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, bayang-bayang kerugian menghantui sejumlah petani di Desa Kedung Jati, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun.
Pasalnya, akhir-akhir ini para petani dibuat resah oleh teror hama tikus yang merusak tanaman padi milik mereka.
Eko Purnomo (43), salah seorang petani mengatakan, padi yang ditanam sejak Agustus tersebut, seharusnya saat ini sudah mulai bunting (berbuah).
Namun, yang terjadi justru batang padi dimakan oleh tikus. Sehingga mengakibatkan padi terancam mati dan bayang-bayang kerugian menghantui petani.
“Sudah rusak mulai tanam, bahkan sejak benih sudah diserang. Modal sudah tak terhitung kami keluarkan. Rata-rata tiap petani, per hektar merugi 10 juta sekali tanam, padahal ini sudah dua kali tanam,” keluhnya.
Eko mengaku, berbagai usaha untuk mengendalikan hama tikus sudah dilakukan petani. Seperti pengemposan (menyemprot dengan uap belerang) dan gropyokan. Namun, hasilnya kurang memuaskan.
“Dengan didukung pak Bupati ini, petani jadi semangat kembali untuk gotong royong pengendalian hama tikus,” ungkapnya. (ant)