NGAWI. Lonceng perang politik mulai ditabuh berebut kekuasaan didaerah melalui Pilkada 2020 di wilayah Ngawi. Tidak sekedar teori terpapar pada program diatas kertas melainkan kebijakan yang bisa dirasakan langsung oleh rakyat.
Tentu membutuhkankan figur dan sosok yang pas, elegan dan bukan ‘kaleng-kaleng’ atau sekedar mencoba berebut kursi kekuasaan. Hadirnya Jumirin yang sudah malang melintang dipanggung bisnis menjadi satu jawaban untuk keluar dari problem yang dirasakan masyarakat Ngawi selama ini.
Dan paling menjadi satu catatan besar yang keluar dari ucapan Jumirin adalah mengkritisi keberadaan angka kemiskinan dan jumlah pengangguran. Mantan kepala desa (Kades) Klitik, Kecamatan Geneng seolah langsung menabrak ungkapan Ony Anwar Wakil Bupati Ngawi yang mengatakan selama pemerintahanya telah menyabet reward 6 kali Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Kementerian Dalam Negeri.
Satu kalimat pertanyaan lagi, apakah dengan menyandang daerah ber WTP lebih dari satu kali sudah bisa menjanjikan kesejahteraan warganya atau sebagai parameter indek peningkatan perekonomian masyarakat Ngawi. Jumirin pun blak-blakan alias bloko suto jika di Ngawi masih banyaknya lahan non produktif yang belum diberdayakan secara maksimal.
“Di Ngawi ini masih tinggi angka kemiskinan maupun pengangguranya. Lebih-lebih bisa dilihat bersama banyak lahan non produktif yang terbengkalai seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai area industri. Tetapi kenyataanya sampai sekarang mana,” ujar Jumirin saat ditemui usai penyampaian visi misi bakal calon bupati di DPD Partai Nasdem Ngawi, Senin, (28/10).
Pernyataan diatas bagi warga masyarakat yang sudah terdidik alam pikiran politiknya pasti mengamini apa yang dikatakan Jumirin sang direktur PT Sumber Mesthi. Dalam beberepa kesempatan sebelumnya Jumirin pernah mengkritisi perihal alur program pemerintah daerah melalui kedinasan seringkali tidak terkoneksi dengan baik antara arah dan tujuan akhir.
Satu contoh penanganan program pencegahan Stunting melalui launcing yang dimotori Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi beberapa waktu terakhir bak masih jauh api dari panggang. Belum lagi program penyehatan terhadap perusahaan milik daerah seperti Sumber Bhakti. Berkali-kali perusahaan tersebut ibarat kata byar pet meski digelontor anggaran bersumber dari APBD.
Sehingga tidak salah jika salah satu program prioritas Jumirin yang menyebutkan bakal mendirikan perusahaan daerah lagi yang lebih kompetitif dan transparan mengelola uang rakyat. Apalagi menurut pria 47 tahun tersebut dengan hadirnya perusahaan daerah yang sehat akan bermuara pada pendapatan daerah. Selain itu dalam mempresentasikan indek perekonomian yang bersifat global perlu investor kakap masuk di Ngawi. Tentu harus dibarengi alur birokrasi perijinan yang lebih kooperatif lagi. (pr)