Lintas7.net, MAGETAN – Meski penerangan area Pusat Jajanan Selera Rakyat (Pujasera) di stadion Yosonegoro, Magetan sudah kembali normal, namun banyak pedagang mengeluh.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan yang memindahkan lokasi Pujasera dari Alun-alun ke stadion Yosonegoro dinilai tidak memikirkan pendapatan pedagang.
Toni (30), salah seorang pedagang di Pujasera mengaku dagangannya hanya laku di awal-awal dibukanya Pujasera sebelum Ramadan. Namun, memasuki bulan puasa, kondisi pusat jajanan tersebut justru semakin sepi dari pengunjung.
Warga jalan Kalimatan Magetan yang berjualan Klepon itu mengeluhkan kebijakan Pemkab Magetan yang memindahkan lokasi Pujasera dari Alun-alun Magetan ke stadion Yosonegoro.
“Awalnya sekitar berjalan 6 hari dagangan saya laku keras, tapi setelah itu “hancur” tidak seperti di Alun-alun, laku terus meskipun di pertengahan bulan puasa tak seramai awal buka,” ujar Toni yang akrab dipanggil Toni Klepon.
Ia mengaku, berjualan Klepon di stadion Yosonegoro maksimal hanya mampu menghabiskan 2 kg beras ketan. Itupun jarang sekali terjadi. Padahal, kalau di Alun-alun rata-rata bisa menghabiskan rata-rata 5 kg. Dampaknya, penghasilan Toni turun drastis.
“Kalau dihitung per hari rata-rata di Alun-alun saya mampu menghasilkan uang Rp 200 ribu, kalau di sini Rp 100 ribu bolong alias nggak utuh,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, sejak kali pertama berjualan di stadion Yosonegoro, dia mengaku sudah merasa tidak akan laris seperti di Alun-alun.
“Ini membuat saya dan teman-teman yang ada disini “ngenes” karena banyak dagangannya tidak laku terjual. Di kabupaten mana saja, yang namanya Alun-alun merupakan pusat keramaian untuk berkumpul masyarakat dari penjuru desa. Apalagi sejak dulu pujasera sudah ada dialun-alun,” keluhnya.
Padahal, lanjut dia, acara Pujasera tidak diadakan setiap saat atau setiap berapa bulan sekali, akan tetapi hanya satu tahun sekali. Menurutnya, akan sulit untuk memindah pelanggan yang sudah terbiasa membeli di Alun-alun.
“Apalagi momen bulan puasa rata-rata pembeli tidak hanya ingin membeli makanan maupun minuman akan tetapi juga ingin menikmati jelang buka puasa di sore hari di Alun-alun,” terangnya.
Menurutnya, saat malam tiba suasana di stadion Yosonegoro sudah mulai sepi. Bahkan, mulai pukul 19.00 WIB tidak ada orang yang hendak main maupun berkunjung.
“Kalau di Alun-alun di bulan puasa meski sudah pukul 21.00 WIB tetap ada orang yang hendak bermain meski tak seramai sore hari,” akunya.
Keluhan serupa juga dikatakan Waginem, warga Panekan. Dirinya menyayangkan pemerintah memilihkan lokasi tanpa memikirkan dampak dari hasil jualan pedagang di Pujasera.
“Selain penerangannya tidak maksimal, sepi pembeli, bahkan hasilnya jauh lebih banyak saat jualan di Alun-alun Magetan. Saya mengalami penurunan omset lebih dari 50 persen. Apalagi dagangan yang saya jual adalah makanan jadi, resikonya kalau tidak laku terpaksa solusinya dibuang karena basi,” ujar Waginem.
Keluhan Toni Klepon dan Waginem merupakan suara mayoritas para pedagang di Pujasera yang mengeluhkan pemindahan dari Alun-alun ke stadion Yosonegoro. Para pedagang di Pujasera yang berjumlah 27 orang tersebut berharap, tahun depan bisa kembali digelar di Alun-alun Magetan. (chy/ant)