NGAWI. Angka penderita demam berdarah dengue (DBD) di Ngawi, Jawa Timur mengalami penurunan drastis dan pelaksanaan fogging di wilayah penderita yang terinfeksi mesti disikapi secara bijak.
Djaswadi Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Ngawi
mengatakan merujuk data terakhir Februari 2019 angka penderita DBD dinyatakan turun drastis. Tercatat 113 kasus dari sebelumnya Januari 2019 mencapai 431 kasus.
Jumlah kasus penderita DBD tersebut dinyatakan turun sesuai laporan Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) dari tiga rumah sakit di wilayah Ngawi. Yakni, RSUD dr Soeroto, RS At-Tin Husada dan RS Widodo.
Terkait pelaksanaan fogging diakui Djaswadi dilakukan tiap hari setiap kecamatan menyasar di wilayah penderita yang terserang DBD. Pihaknya mengimbau mesti dilakukan secara bijak. Sebab, paparan residu pestisida dari fogging dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia.
“Kita terus keliling melakukan sosisalisasi pencegahan DBD hingga kini. Terkait fogging memang sifatnya memutus rantai penularan dan itu harus disikapi dengan bijak,” terang Djaswadi, Sabtu, (02/03/2019).
Sebab di satu sisi adanya fogging nyamuk akan lebih resistan (kebal) pada racun pestisida dan dampak yang lain pada lingkungan. Selanjutnya, racun pestisida bila tingkatkan dosisnya dapat membunuh predator alami yang memangsa nyamuk seperti cicak.
Menurutnya, untuk langkah yang paling efektif mencegah penyebaran DBD adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan langkah 3M yakni, menutup, menguras, dan menimbun tempat yang dapat menampung air.
“Penurunan penderita DBD atas support semua pihak dan kita akui turunya SK Bupati menjadi dasar untuk aktif melakukan sosialisasi keliling. Perlu ditekankan keberadaan satu keluarga satu jumantik harus terus dilakukan,” pungkas Djaswadi. (en*)