NGAWI. Sarjono Wakil Ketua DPRD Ngawi minta pemerintah lebih serius menangani petani pasca banjir yang melanda wilayahnya selama empat hari. Sebab, akibat luapan Kali Madiun tersebut merendam 1.016 hektar sawah yang sebagian besar memasuki masa panen dengan usia padi antara 80-85 hari.
“Melalui Disperta Ngawi tentu pemerintah segera memberikan kepastian terhadap nasib petani. Baik itu memberikan bantuan modal atau lainnya. Kasihan ribuan petani itu terancam gagal panen jelas padinya membusuk,” ungkap Sarjono, Senin, (11/03/2019).
Jelasnya, dari data Disperta Ngawi tercatat ada 3.746 petani dari 26 desa dan 6 kecamatan mengalami kerugian. Untuk itu Sarjono yang saat ini sebagai caleg petahana dari Partai Golkar nomor urut 01 Dapil 2 Ngawi (Kwadungan, Pangkur, Karangjati, Bringin dan Padas) meminta pemerintah lebih intens lagi mensosialisasikan tentang asuransi pertanian ke petani.
“Saya kira salah satu solusinya iya asuransi pertanian itu kasihan bagi petani yang gagal total panenannya. Dan lainya memastikan harga gabah jangan terlalu anjlok di daerah yang terkena banjir,” bebernya.
Selain itu untuk mengantisipasi banjir harus dituntaskan dengan secepatnya tanggul di sepanjang Kali Madiun hingga sampai di titik pertemuan dengan Bengawan Solo. Dengan demikian pemerintah segera mendesak ke Balai Besar Bengawan Solo (BBWS) untuk melanjutkan kembali pembangunan tanggul penahan banjir.
“Akan saya kawal terkait pembangunan tanggul ini. Sebab banjir di Kwadungan dan sekitarnya terjadi setiap tahun. Dan penyebabnya masih sama akibat luapan Kali Madiun,” tuntas Sarjono yang juga Sekretaris DPD Partai Golkar Ngawi ini. (en*)